HONEYMOON BALI DAY 1

By | 3:00 PM Leave a Comment
Berulang kali ditanya mau hadiah honeymoon nggak sama dua abangku, aku cuma jawab, "Terserah. Dikasih Bali, oke. Dikasih Lombok, oke. Dikasih Ambon, lebih oke lagi." ;p. Akhirnya mereka benar-benar memberikan kami hadiah liburan ke Bali selama empat hari dari tanggal 14-17 Juli 2014 beserta jadwal jalan-jalannya. Kenapa tanggal segitu? Selain tiket pesawatnya murah karena bertepatan saat weekdays *atau mungkin lagi promo ya*, aku baru aja resign dari Gogirl! Magazine dan pastinya butuh refreshing bareng suami, hihi. Belum selesai kebahagiaanku dikasih liburan gratis, eh ternyata pas udah di dalam pesawat, mereka ternyata sudah meng-include-kan sarapan dalam biaya tiketnya. Padahal yang lain nggak dapat. *Tau aja adeknya nggak bisa konsen kalau nggak sarapan :p*. 
Breakfast from Air Asia
Setelah sampai di Bandara Ngurah Rai, Bali, kami langsung disambut Bli ...*aku lupa namanya* dari Karma Tour Bali. Orangnya super ramah, dan lumayan update juga soal politik. Terbukti saat ngobrol bareng suamiku, hingga aku cuma bisa diam dan lebih memilih menikmati jalanan Bali. Perjalanan dari Bandara ke hotel tempat kami menginap ternyata dekat saja. Nggak sampai 15 menit, kami udah tiba dan dipersilahkan untuk Check-in. Hotelnya termasuk bangunan tua karena masih menyimpan khas Bali lewat arsitektur dan ukirannya di beberapa sudut seperti di pintu masuk, atap, dan jendela kamar. Bahkan hotel Bakung Sari ini juga masih memelihara tamannya yang cukup lebat dengan pohon-pohon besar dan beberapa pot tanaman. Spot yang tak boleh terlupakan olehku dan selalu menjadi check list ku tiap berkunjung ke suatu tempat, ternyata ada. Asyik, bisa berenang-berenang cantik nih. Hehe...
Bakung Sari Hotel
































Sayangnya, hari pertama kita nggak ada jadwal jalan-jalan. Bukan Mr. Sihaloho- Mrs. Damanik namanya kalau nggak nekat. Kita langsung nyewa motor seharian seharga Rp 50.000 buat keliling Bali. Padahal saat itu, kita nggak tau jalan-jalannya Bali sama sekali. Cuma bermodalkan GPS dan plang arah di jalanan. Kita anggap ini semua kisah 'Kesasar di Bali' macam FTV *lha*. Beberapa kali kita harus muter arah dan turun dari motor buat nanya ke warga di situ di mana lokasi Pantai Sanur. Jelas-jelas sih di GPS, cuma pantai Sanur yang jalannya luruuuuuuuuusssss terus. Maksudnya sih biar aman, nggak perlu banyak belokan. Dan pas dijalanin, emang jalannya lurus terus sih, cuma jauhnya ya sekitar 30 menit nyampe sana. Nggak apa-apa deh, yang penting ketemu pantai *Padahal ada pantai Kuta yang lebih dekat dari hotel -_-*. Perjalanan pun terbayarkan begitu melihat view Sanur dan sekitarnya. Di sini, aku banyak memunculkan 'muka kepengen' karena tiap kolam renang yang kami lewati benar-benar unik desainnya untuk dijadikan objek foto buat Instagram ala-ala turis lokal yang followernya 10k ke atas. Apa sih... *Jadi, kolam renang milik masing-masing hotel ini berada persis di pinggir pantai*.


Lunch di pinggir pantai
Setelah jalan dari ujung dan kembali lagi ke ujung, kami sempat berpapasan dengan Museum Le Mayeur yang isinya berbagai lukisan milik Adrien Jean Le Mayeur de Merpres, pelukis asal Belgia. Tiket masuknya cuma sekitar Rp 5.000-an. Sayangnya, susah banget buat motoin hasil lukisan dan isi rumahnya karena fotografernya kurang ahli ngambil gambar di tempat-tempat rendah cahaya :P.



Pulang dari Sanur dan sekitarnya, me and my husband langsung lanjut ke Kuta mumpung masih sore. Aku sempat beli tas yang modelnya unikkkk banget. Bisa dilihat di foto-foto hari selanjutnya yaa. Yang paling kita favoritin dari Bali ini, ya jalan Legian Kuta-nya. Meski kecil dan penuh motor yang diparkir, setiap pinggiran jalannya pasti ada store apapun serta bar atau cafe. Senengnya lagi, hampir semua kultur dan ras dari beberapa Mancanegara berpapasan di sini. Will always be remembered, monumen nama-nama korban peledakan bom 12 Oktober 2002, juga masih terpampang jelas di lokasi TKP.



























Setelah pantai Sanur, kita masih tetap ngoyoh ke pantai lagi, yaitu pantai Kuta. Bali terkenal dengan pantainya kok, jadi puas-puasin maen di Pantai deh. Bahkan kita sempat dipijitin sama ibu-ibu di sana yang emang kerjanya tukang pijit. Beberapa warga Bali asli emang menggantungkan mata pencahariannya di Kuta ini. Selain menjadi tukang pijit, ada juga yang menawarkan jasa kepang rambut, jasa tattoo temporary tubuh, surfer dan jualan makanan. Hello, sunset! We'll be back tomorrow!

0 comments:

Post a Comment