"Hampir semua orang agak terkejut ketika aku mengatakan kamu bukan lah yang pantas untukku. "Mengapa begitu?" teriak orang-orang padaku. Mereka merasa paling benar dan hanya bisa menghardikku dengan begar. Aku hanya bisa mengelak santai. Ya, karena aku tak jatuh cinta padamu. Terkadang, bingung pada orang-orang di luar sana, yang seakan memaksaku untuk menyukaimu. Padahal, cinta tak bisa dipaksakan kalau hanya berakhir berantakan. Meski ada juga yang berjuang untuk memulai menyukai, dan berakhir cukup bahagia.
Katakan padaku sesuatu, apa yang membuatmu istimewa? Katakan panjang lebar layaknya diwawancarai oleh salah satu reporter televisi nasional. Jangan membuat alasan versimu demi merampas atensiku. Aku yakin sepenuhnya bahwa apapun argumentasimu tentang kehebatan dirimu, aku tak akan mudah tersentuh oleh kemurahanmu pada setiap orang.
Benarkah tanpa sebuah uang suap? Atau kah sebuah hipnotis yang kamu jalankan secara diam-diam tanpa sepenglihatanku? Hingga mereka begitu nyaman dan menikmati kekhasanmu. Hanya itu rasa penasaran yang masih tersisa. Bisa kah kau jelaskan itu padaku?"
......
Rasanya ingin tertawa membaca tulisan di atas. Aku termakan omonganku sendiri. Omongan yang kupertahankan selama bertahun-tahun hingga dua bulan lalu, sekarang sudah luber bercampur air keruh. Sekali lagi aku tertawa. Tertawa malu. Tapi kuminimalisir rasa maluku dengan berani menuliskan aku yang dahulu. Sampai kapan akan kusembunyikan jikalau memang kamu lebih cerdas dariku. Cerdas menemukannya lewat mataku yang tak bisa bohong.
Ya sekarang aku tak bisa melepaskanmu. Setiap siang dan malam, penuh riuh aku meneriakkan namamu. Mereka yang tadinya berjerih payah meyakinkanku, hanya bisa tersenyum puas, sambil saling berlomba mengataiku "Kasihan, ia sudah tertangkap jaring." Ya, aku tak mau mengelak lagi. Cukup menundukkan kepala dan menghapus reaksi mereka dalam ingatan. Ternyata mereka benar. Memang aku yang terlalu percaya diri untuk tidak menanggapimu.
Bahkan sekarang aku bangga memilihmu. Tak sabar, ingin semua orang tahu bahwa aku menginginkanmu setiap makan siang dan makan malam. Satu lagi permintaanku, boleh? Jangan bercinta dengan ulat yang membuatku merinding. Sempurnalah dalam balutan berwarna hijau dan sopan lah saat kamu masuk ke dalam mulutku, Petai! Atau bahasa kerennya Pete! Atau bahasa ilmiahnya, Parkia Speciosa. Ah sudahlah!
CREKS!
0 comments:
Post a Comment