www.etsy.com |
Nggak terasa, sekarang usia janin di perut aku udah 9 weeks. Wak! Tapi perut aku belum kelihatan menggelendung kok. Hmm, buncit sih, tapi tepatnya karena lemak, bukan karena dedek bayi, hihi.
Jujur, kehamilan pertamaku ini masih membawa perasaan harap-harap cemas, karena tepat Jumat ini (4 September), aku harus periksa kandungan lagi. Terakhir check up sama dr. Khairul Dalimunthe, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Bontang (RSUD), beliau bilang kalau aku harus balik dua minggu lagi. Tujuannya untuk dicek apakah ada jantung dan denyut jantung si janin atau tidak. Wak (lagi)! Siapa yang nggak ketar-ketir dibilang kayak begitu. Tapi sebelum berpikiran yang aneh-aneh, beliau langsung nenangin aku bahwa ini pertama kalinya dia nanganin kehamilanku, makanya dia belum bisa ngasih perkembangan apakah janinku benar-benar baik atau tidak. Dan setelah melihat artikel perkembangan janin, denyut jantung emang baru bisa didengar dengan alat Doppler saat usia sembilan minggu. Saat aku periksa itu, usia kehamilanku baru 7 weeks 5 days. Syukurlah! Benar sekali, masa-masa kehamilan menuntut aku untuk selalu berpikir positif, tenang dan merasa bahagia selalu. Penting banget, karena apa yang aku pikirkan dan jalani, bakal mempengaruhi janin di dalam rahimku. Bahkan ini berpengaruh sampai nanti kelahiran.
Yang buat saya super senang, check up minggu ini kalau tidak ada halangan, suamiku akan menemaniku periksa. Yeay! Ini tentu juga hal yang menyenangkan buatnya, berhubung kami yang masih harus melewati kehidupan berumah tangga berjarak jauh. Jadi ini adalah moment langka dan patut disyukuri. Di satu sisi, aku senang karena aku bisa menjadi calon ibu seutuhnya yang ditemani suami, LOL. Tapi di satu sisi, aku senang karena dia bisa merasakan euforia sebagai calon bapak, di sela-sela kerjaannya yang padat.
Ngomong-ngomong soal kehamilan Tri Semester Pertama ini, aku mulai ngerasain beberapa perubahan. Tadinya sempat agak stress sih ngebaca artikel yang nulis tentang 'Tanda-tanda kehamilan bla bla bla", soalnya dari berpuluh-puluh tanda yang dipaparkan, aku hanya ngalamin 10% tandanya. Panik dong! Yang lain ngerasain mual muntah, payudara melembut, dsb, sedangkan aku nggak ngalamin itu. Di usia lima sampai tujuh minggu, aku hanya tau gimana rasanya laper terus-terusan, beseran dan punggung serta betis pegal-pegal. Malah sempat bilang sama janin, supaya bikin emaknya ini mual-mual, biar kayak ibu-ibu hamil pada umumnya, haha. Tapi begitu memasuki usia delapan minggu, beneran deh diiyain si janin. Aku malah sering mual-mual, cepat capek, suka ngantuk, pinggang pegal, perut gatel-gatel, tiba-tiba nggak suka sayur, nggak nafsu liat masakan rumah (Wak, bisa kurus kau), anti mie gomak, nggak bisa kena bau nasi yang bermalam. Duduk sambil nulis cerita ini pun, aku nggak tahan berlama-lama di depan komputer. Harus diselingin sama berdiri dan jalan-jalan kecil biar nggak muncul mualnya. Uniknya, aku malah doyan sama masakan luar alias makanan yang beli di luar. Nak, kok kamu bikin mama sama papa bangkrut, haha! But, aku menikmati semua prosesnya.
Kehamilan pertama ini, berpapasan aku sedang berada di rumah orang tuaku. Sekalian bantuin apa yang bisa kubantu untuk nyiapin pernikahan abang pertamaku. Puji Tuhan banget selama tiga minggu di sini, mama papa baikkkkkk banget. Terutama mama, beliau benar-benar memberikanku perhatian seperti waktu aku kecil. Padahal mereka juga lagi pusing-pusingnya sama persiapan pernikahan bang Muel, mulai dari rapat-rapat kecil dengan panitia, acara parmisi dengan Tulang, martumpol sampai acara pamasu-masuon dan resepsi adat. Bersyukur banget buat mereka yang selalu siaga buatku. Inang dan amang mertuaku juga perhatian, terutama inang yang mau nelpon duluan buat nanyain keadaanku. Thanks God, You sent them.
Aku selalu menyelipkan doa pada Tuhan, bahwa terima kasih telah memberikan kepercayaan ini pada kami. Tuhan tentunya yang akan memelihara kehidupan kami dan menguatkan kami melewati setiap proses yang nggak mudah ini.
ps: Pengen juga deh foto tiap perkembangan kehamilannya, biar kayak di Pinterest itu lho, hihi.
0 comments:
Post a Comment